Sore ini kau telpon aku lagi, jauh dari negeri tirai bambu kau habiskan pulsa untuk bersera-obrol denganku. Hampir se-jam kita bercanda-ria dalam hubungan seluler, kita bercerita tentang kesibukan dan kegiatan masing-masing, dalam obrolan kita senda gurau hingga kau bawa ke arus cerita serius : kau kenang kembali masa lalumu yang kau anggap sangat dilema, namun tersirat rasa penyeselan di dirimu tentang kisah asmaramu dengan seorang pria yang kau anggap sangat istimewa. Kau bercerita tentang kebaikan pria itu dan masa-masa kalian menjalin kemesraan semasa itu, hingga akhirnya kalian terpaksa berpisah dan pria itupun pergi dengan menikahi wanita lain, wanita yang sempat kau kenal dekat dengan pria itu. Di sela-sela kau cerita, hingga kau terbawa tenggelam dalam derai air mata, isak tangismu sangat jelas di suara telpon ini, dalam penyesalan dibalik kenyataan kau sangat sulit untuk melupakan segala karisma dan sifat pria itu, begitu juga sulit mencari pengganti pria itu. Sebagai seorang sahabat yang kau anggap baik, aku mencoba mendengar dan mengerti keadaanmu, dengan menanangkan serta memberi solusi bahwa jalan kita masih panjang dan jauh, untuk apa terlarut dalam kenangan yang sudah usang.
meski kita sudah 8 tahun tidak berkomunikasi lagi tetapi, masih ku simpan foto cantikmu di akun Instagramku. |
Tapi apa daya dibalik ceritamu itu membuat aku terbawa ingatan ke masa laluku, masa-masa kelamku, masa-masa aku tidak bisa berbuat apa-apa, saat dulu aku di permainkan perasaanku dimana waktuku tidak mampu menyampaikan rasaku kepada seorang wanita pujaanku, wanita itu sekarangpun sudah menjadi sah lelaki lain. Saat itu aku sulit sekali untuk menyampaikan semuanya rasa sayangku pada wanita itu karena sangat komplit gelora jiwaku.
Sekian detik obrolan kita hening, kembali kau panggil lagi � Haloo, Kang? Masih dengar kan?� Sentak akupun sadar, �ya neng, masih kok�, lalu kau lanjutkan ceritamu akan tetapi apa yang kau sampaikan seakan melengkapai rasa galauku, semakin menambah bebanku bukan karena masa lalu tetapi semua ungkapanmu padaku. Bukan sekali ini tapi dari sejak dulu kita mulai komunikasi lewat telepon, kau selalu menyampaikan bahwa kau sangat menaruh rasa sayang padaku dan kau selalu sanjung bahwa aku telah membawa hidupmu lebih baik dan sudah bisa melupakan pria itu. Selalu terlontar kata pujian ke padaku dengan ungkapan yang selangit, kau utarakan bahwa suaraku tiada tandingan yang penyejuk hati. Bahkan kau selalu ingin mendengarkan suaraku.
Aku tidak tau mengapa ini terjadi sedangkan kau tau bahwa sejak kearabakan kita, sangat sedikit kita bertemu, dan apa bisa dengan suara membuatmu jatuh hati? Sedangkan bagaimana aku mencintaimu tapi ragamu tidak ada?
(ditunggu ya Novelnya Judulnya : VARA NIRMALIZA)
Demikian artikel tentang Bagaimana aku Mencintaimu ? ini dapat kami sampaikan, semoga artikel atau info tentang Bagaimana aku Mencintaimu ? ini, dapat bermanfaat. Jangan lupa dibagikan juga ya!